Belakangan ini ku melihat salah seorang sahabat ku nampak murung. Kalau ditanya pasti jawabnya singkat, jelas, padat plus muka menunjukkan be te (bosan). Males juga mau tanya-tanya lebih jauh untuk mengetahui kondisi sebenarnya. Kali aja bisa bantu atau menghibur.
“ Ada apa gerangan? Apa yang harus ku lakukan sebagai seorang sahabat?” ucap ku dalam hati
Selama ini ku merasa peran ku sebagai seorang sahabat kurang sekali. Nabi pernah bersabda “Sebaik-baik sahabat atau saudara adalah seseorang yang apabila engkau lupa (khilaf atau melakukan kesalahan) maka ia mengingatkan mu dan apabila engkau ingat, ia membantu mu.” . Yup ku harus membantu mu. Tapi bagaimana caranya? Untuk mendekati kamu saja aku takut dan malas karena muka masam mu. Dengan sikap mu seperti itu aku jadi berburuk sangka juga. Apa kamu marah pada ku, sobat? Ada salahkah aku?
Tidak satu, dua kali kamu seperti itu. Saat ditanya ada apa dengan mu? Kamu selalu menjawab tidak ada masalah. Jika kamu memang tidak ada masalah maka tersenyumlah sobat. Wajah cemberut mu membuat banyak orang tidak nyaman, berburuk sangka, atau bahkan malas ngobrol dan menyapa mu.
Salah satu dosen ku dulu pernah menegur para mahasiswa nya yang berwajah muram, lemas, ngantuk dan tidak bersemangat saat belajar di kelas. Menurut beliau keadaan kita, terutama ekspresi luar kita sebenarnya mempengaruhi orang-orang sekitarnya. Jika di antara kita ada yang lemas, mengantuk, tidak bersemangat, berwajah murung maka orang-orang sekitar kita pasti ada yang tertular atau bisa juga tidak nyaman. Dosen sebagai pengajar juga merasakan tidak nyaman dan tidak bersemangat dalam mengajar jika ada mahasiswa malas, lemes, ogah-ogahan atau tidak bergairah dalam belajar. Begitu juga sebaliknya.
Tetap masih menurut dosen ku, setiap diri kita mengeluarkan energi sesuai kondisi kita yang akan mempengaruhi kondisi orang lain yang melihatnya. Kalau energi negatif yang kita keluarkan seperti, lemas, murung, tidak bersemangat dan lain sebagainya maka yang akan diterima orang yang melihatnya adalah energi negatif juga. Akibatnya sikap yang diberikan oleh si penerima sebagian negatif pula. Begitu juga kalau energi positif yang kita keluarkan seperti, tersenyum, lemah lembut, sopan, bersemangat, antusias, dan sebagainya maka orang yang melihat dan berinteraksi dengan kita akan menerima energi positif kita. Apa yang akan kita terima, sobat? Orang menyapa kita dengan balik senyuman, berinteraksi dengan kita merasa nyaman, melakukan sesuatu dengan semangat pula de el el.
Ketika kita merasa sudah memberikan energi positif namun tak berbalas dengan sikap positif, Insya Allah tetap bernilai ibadah, sobat. Bukan kah senyum kepada saudaramu adalah ibadah?
Tersenyumlah sobat...
Tidak semua orang peduli dengan masalah kita, yang mereka fikirkan adalah bagaimana sikap kita terhadap mereka? Saat duduk di sekolah menengah pertama ku pernah memiliki motto “Meski hati terluka, namun bibir tetap tersenyum”. Meski berat, ku coba terapkan motto itu saat sedih dan hasilnya membuat kondisi hati ku lebih baik walaupun masalah belum terselesaikan 100%.
I Love You Sobat... Keep SmiLe !!!
0 komentar:
Posting Komentar